by Jayeng Resmi
Serat
Centhini Jilid-5 berisi 86 pupuh dari pupuh 321 (mulai tembang 40) s/d 356,
perjalanan pulang Mas Cebolang dari Wirasaba ke Sokayasa, Banyumas, perjalanan
Mas Cebolang, Jayengsari, Rangcangkapti meninggalkan Sokayasa menuju Wanataka
dan perjalanan Jayengresmi meninggalkan Gunung Karang, Pandeglang, Banten untuk
mencari adik-adiknya sampai ke Wanamarta diselatan Gunung Giri, Jawa Timur.
Rute
perjalanan pulang Mas Cebolang: sebagai sinden kentrung bermain dikediaman
adipati Wirasaba; lari dari kadipaten Wirasaba karena ketahuan Mas Cebolang
selingkuh dengan para selir adipati Wirasaba; naik ke gunung Semeru ingin
ketemu buyut Danardana tapi tidak ketemu; pergi ke gua Sigala setelah bertapa
selama 7 hari baru bisa ketemu buyut Danardana disuruh pulang ke Sokayasa.
Rute
perjalanan Mas Cebolang, Jayengsari dan Rangcangkapti: Jayengsari dan
Rangcangkapti sudah diambil anak oleh Seh Akadiyat di Sokayasa; Mas Cebolang
sampai di Sokayasa; setelah beberapa lama Mas Cebolang dinikahkan dengan
Rangcangkapti; tidak beberapa lama kemudian Seh Akadiyat dan istrinya meninggal
dunia; pada suatu hari ada tamu dua santri dari Surabaya disangka utusan dari
Pangeran Pekik (adik ipar Sultan Agung) yang juga Bupati Surabaya untuk mencari
mereka; karena khawatir Mas Cebolang, Rangcangkapti dan Jayengsari meninggakan
Sokayasa; menyusuri hutan Gunung Kidul menuju ke barat; sampai di gunung Lima
ketemu pendita Hercarana diminta tinggal di dhukuh Wanataka dan berganti nama
Jayengsari jadi Seh Mangunrasa, Mas Cebolang jadi Seh Anggungrimang, santri
Buras jadi Monthel, sedangkan Rangcangkapti tidak dirubah.
Rute
perjalanan Jayengresmi: Jayengresmi yang diangkat anak oleh Ki Ageng Karang di
gunung Karang, Pandeglang, Banten sudah berganti nama jadi Seh Amongraga
sedangkan santri Gathak & Gathuk ganti nama jadi Jamal dan Jamil; Jayengresmi
pamitan Ki Ageng Karang untuk mencari adik-adiknya; disuruh pergi ke Wanamarta
ketemu Ki Bayi Panurta; mampir di Maledari gunung Gora ketemu Buyut Wasi
Bagena; sampai di dhukuh Andong Tinunu sebelah timur laut gunung Sindoro ketemu
Seh Sukmasidik; sampai di dhukuh Wanamarta (sekitar Mojokerto, Jawa Timur),
ketemu Ki Bayi Panurta yang punya anak tiga yaitu: Niken Tambangraras,
Jayengwesthi dan Jayengraga; setelah beberapa lama Seh Amongraga dinikahkan
dengan Niken Tambangraras, perayaan pernikahan Seh Amongraga dengan Niken
Tambangraras yang diramaikan dengan nanggap sinden ronggeng.
Sedangkan
cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam pertemuan
dengan orang-orang tersebut diatas adalah:
Cerita/Legenda:
masih melanjutkan petualang seks Mas Cebolang ketika jadi sinden kentrung di
kediaman adipati Wirasaba dengan selir-selir sang Adipati sampai ketahuan dan
melarikan diri waktu mau ditangkap; cerita tentang penari ronggeng dengan
petualangan seksnya.
Adat
Istiadat: keutamaan wanita dalam pernikahan.
Pengetahuan
Spirituil/Agama (pada jilid-5 berisi sebagian besar pengetahuan sprituil
berkenaan dengan agama Islam ataupun sinkretisasi agama Islam), beberapa yang
dijelaskan cukup panjang: Mukmin linuhung; Tempatnya Hyang Agung di gedung
Retna Adiluhung; Tahapan pengetahuan tasauf: syariat, tarekat, hakekat dan
makrifat; Curiga manjing rangka, rangka manjing curiga.
Pengetahuan
Spirituil/Agama yang dijelaskan hanya sekilas sehingga sulit dimengerti: Wahyu
Jatmika; Mati dalam hidup, hidup dalam kematian; Asal mulanya alam semesta dan
Datulah; Roh-ilapi, budi dan nafsu, penjelasan tentang nafsu amarah, aluamah,
mutmainah, supiyah, budi baik dan buruk, rasa jati; Keutamaan ilmu;
La-takyun-kun, nukat gaib, wilayat, gaibulguyub, gaib-uluwiyah; Penjelasan
tentang malaekat, nabi, wali, mukmin kas, cahya, mujijat mangunah, keramat
sumber: seratcenthini.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar