Rabu, 28 September 2011

Ringkasan Serat Centhini Jilid-10

Serat Centhini Jilid-10 berisi 38 pupuh dari pupuh 600 s/d 637, isinya: setelah tidak menemukan Seh Amongraga, Jayengwesthi (Jayengresmi), Jayengraga, Kulawiryo diiringi santri Nuripin memutuskan untuk kembali ke Wanamarta serta ditangkapnya Seh Amongraga kemudian dilarung (dibuang) di laut selatan karena Jamal dan Jamil dianggap bikin rusuh diwilayah kekuasaan Sultan Agung di Mataram..
Rute perjalanan Jajengwesthi, Jayengraga, Kulawirya, Nuripin: Masih dikediaman Ki Kidang Waracapa di Trenggalek Lembhuasta; Jayengrana menikah dengan Rara Widuri yang sering bikin onar karena obsesif (cemburuan) adalah anak dari Ki Demang Prawirancana dari Trenggalek Wulan;
Ki Kulawirya terkena penyakit rajasinga, mimpi ketemu Jamal dan Jamil yang mengatakan bisa sembuh asal memenuhi salah satu dari tiga sarat yaitu bersetubuh dengan gadis yang masih perawan atau dengan wanita yang sedang menstruasi, atau bersetubuh dengan kuda; Karena sulit mendapatkan gadis yang masih perawan, takut dosa kalau bersetubuh dengan wanita yang sedang menstruasi, akhirnya terlaksana dan bisa sembuh setelah bersetubuh dengan kuda; Diadakan perayaan ngunduh mantu oleh Ki Demang Prawirancana dengan mengundang ronggeng; Setelah tujuh hari, Jayenwesthi, Jayengraga, Kulawiryo dan Nurupin berpamitan mau meninggalkan Trenggalek Lembhuasta; Rara Widuri yang ditinggal di Trenggalek Lembhuasta menjadi linglung kemudian disembuhkan oleh Retna Ginubah dan dibawa pulang oleh orang tuanya ke Trenggalekwulan; Menuju gunung Rajegwesi, lewat gunung Purwa sampai di desa Gubug ketemu Seh Ekawerdi teman akrabnya Ki Bayi Panurta; Sampai di desa Saren, gunung Bajak, gunung Bundhel, gunung Tengeng, desa Wajak Watu-urip, nyebrang hutan Rawa, lihat Sendang Patimbulan, masuk gua Menak satu malam; Paginya sampai di desa Bopong, desa Wunut, hutan Wratsari, desa Sarengat, gunung Pegat, gunung kecil Bagendhul di hutan Salembut; Sehari kemudian sampai Wirasaba yang sudah dekat Wanamarta; Sesampainya di Wanamarta langsung menghadap Ki Bayi Panurta dan menceritakan bahwa belum bisa ketemu dengan Seh Amongraga yang makin menambah kesedihan Niken Tambangraras maupun kedua orang tuanya.
Rute perjalanan Seh Amongraga: sudah beberapa lama berada di desa Semanu, Gunung Kidul, Mataram dan senantiasa manekung (kosentrasi memuji kepada Allah SWT) di grobogan dalam mesjid; Jamal dan Jamil setiap hari membuat pertunjukan ilmu karang dan ilmu sihir yang menghadirkan ribuan penonton, lama-lama kedengaran oleh Sultan Agung karena dianggap membuat onar, sehingga mengutus Tumenggung Wiraguna untuk menangkap Seh Amongraga; Seh Amongraga tidak melawan ketika ditangkap, kemudian dimasukkan dalam keadaan hidup kedalam bronjongan (kurungan) dilarung (dibuang) di laut selatan, bronjongan kembali kedaratan dalam kedaaan kosong dan terdengar suara dari Seh Amongraga: “Kyai Wiraguna, katakan pada Sultan Agung telah terlaksana kehendaknya saya sudah terlepas dari keduniawian”; Jamal dan Jamil melarikan diri kembali ke Wanamarta menceritakan apa yang terjadi yang makin menambah kesedihan Niken Tambangraras dan semua keluarganya; Tumenggung Wiraguna menceritakan apa yang terjadi kepada Sultan Agung dan dijawab bahwa apa yang terjadi bukan hukuman hanya sarana untuk mengantarkan Seh Amongraga ke alam kesempurnaan melalui wibawa raja; Sunan Giri Parapen yang setelah kalah perang, disandera dalam lingkungan istana di Mataram mendengar cerita bahwa anaknya Seh Amongraga meninggal dilarung dilaut selatan, menjadi sangat sedih yang mengakibatkan wafatnya.
Sedangkan cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam jilid-10 adalah:
Cerita/Legenda: Cerita tentang Arya Banyakwulan dari Singasari, perihal asal usul ikan kramat di kedung Bagong;
Adat Istiadat: Perbedaan wayang Krucil dan wayang Purwa.
Pengetahuan Spirituil/Agama: Perlambang wayang sebagai perlambang hakekat yang sejati; Makna rasa topeng; Hakekat pengabdian; Hakekat ilmu kajatmikan (ketenangan hati)

Sumber: seratcenthini.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar