Serat
Centhini Jilid-10 berisi 38 pupuh dari pupuh 600 s/d 637, isinya: setelah tidak
menemukan Seh Amongraga, Jayengwesthi (Jayengresmi), Jayengraga, Kulawiryo
diiringi santri Nuripin memutuskan untuk kembali ke Wanamarta serta
ditangkapnya Seh Amongraga kemudian dilarung (dibuang) di laut selatan karena
Jamal dan Jamil dianggap bikin rusuh diwilayah kekuasaan Sultan Agung di
Mataram..
Rute
perjalanan Jajengwesthi, Jayengraga, Kulawirya, Nuripin: Masih dikediaman Ki
Kidang Waracapa di Trenggalek Lembhuasta; Jayengrana menikah dengan Rara Widuri
yang sering bikin onar karena obsesif (cemburuan) adalah anak dari Ki Demang
Prawirancana dari Trenggalek Wulan;
Ki
Kulawirya terkena penyakit rajasinga, mimpi ketemu Jamal dan Jamil yang
mengatakan bisa sembuh asal memenuhi salah satu dari tiga sarat yaitu
bersetubuh dengan gadis yang masih perawan atau dengan wanita yang sedang
menstruasi, atau bersetubuh dengan kuda; Karena sulit mendapatkan gadis yang
masih perawan, takut dosa kalau bersetubuh dengan wanita yang sedang
menstruasi, akhirnya terlaksana dan bisa sembuh setelah bersetubuh dengan kuda;
Diadakan perayaan ngunduh mantu oleh Ki Demang Prawirancana dengan mengundang
ronggeng; Setelah tujuh hari, Jayenwesthi, Jayengraga, Kulawiryo dan Nurupin
berpamitan mau meninggalkan Trenggalek Lembhuasta; Rara Widuri yang ditinggal
di Trenggalek Lembhuasta menjadi linglung kemudian disembuhkan oleh Retna
Ginubah dan dibawa pulang oleh orang tuanya ke Trenggalekwulan; Menuju gunung
Rajegwesi, lewat gunung Purwa sampai di desa Gubug ketemu Seh Ekawerdi teman
akrabnya Ki Bayi Panurta; Sampai di desa Saren, gunung Bajak, gunung Bundhel,
gunung Tengeng, desa Wajak Watu-urip, nyebrang hutan Rawa, lihat Sendang
Patimbulan, masuk gua Menak satu malam; Paginya sampai di desa Bopong, desa
Wunut, hutan Wratsari, desa Sarengat, gunung Pegat, gunung kecil Bagendhul di
hutan Salembut; Sehari kemudian sampai Wirasaba yang sudah dekat Wanamarta;
Sesampainya di Wanamarta langsung menghadap Ki Bayi Panurta dan menceritakan
bahwa belum bisa ketemu dengan Seh Amongraga yang makin menambah kesedihan
Niken Tambangraras maupun kedua orang tuanya.
Rute
perjalanan Seh Amongraga: sudah beberapa lama berada di desa Semanu, Gunung
Kidul, Mataram dan senantiasa manekung (kosentrasi memuji kepada Allah SWT) di
grobogan dalam mesjid; Jamal dan Jamil setiap hari membuat pertunjukan ilmu
karang dan ilmu sihir yang menghadirkan ribuan penonton, lama-lama kedengaran
oleh Sultan Agung karena dianggap membuat onar, sehingga mengutus Tumenggung
Wiraguna untuk menangkap Seh Amongraga; Seh Amongraga tidak melawan ketika
ditangkap, kemudian dimasukkan dalam keadaan hidup kedalam bronjongan
(kurungan) dilarung (dibuang) di laut selatan, bronjongan kembali kedaratan
dalam kedaaan kosong dan terdengar suara dari Seh Amongraga: “Kyai Wiraguna,
katakan pada Sultan Agung telah terlaksana kehendaknya saya sudah terlepas dari
keduniawian”; Jamal dan Jamil melarikan diri kembali ke Wanamarta menceritakan
apa yang terjadi yang makin menambah kesedihan Niken Tambangraras dan semua
keluarganya; Tumenggung Wiraguna menceritakan apa yang terjadi kepada Sultan
Agung dan dijawab bahwa apa yang terjadi bukan hukuman hanya sarana untuk
mengantarkan Seh Amongraga ke alam kesempurnaan melalui wibawa raja; Sunan Giri
Parapen yang setelah kalah perang, disandera dalam lingkungan istana di Mataram
mendengar cerita bahwa anaknya Seh Amongraga meninggal dilarung dilaut selatan,
menjadi sangat sedih yang mengakibatkan wafatnya.
Sedangkan
cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam jilid-10
adalah:
Cerita/Legenda:
Cerita tentang Arya Banyakwulan dari Singasari, perihal asal usul ikan kramat
di kedung Bagong;
Adat
Istiadat: Perbedaan wayang Krucil dan wayang Purwa.
Pengetahuan
Spirituil/Agama: Perlambang wayang sebagai perlambang hakekat yang sejati;
Makna rasa topeng; Hakekat pengabdian; Hakekat ilmu kajatmikan (ketenangan
hati)
Sumber: seratcenthini.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar