Rabu, 28 September 2011

Ringkasan Serat Centhini Jilid-12

Serat Centhini Jilid-12 berisi 31 pupuh dari pupuh 691 s/d 722, isinya: perjalanan Jayengresmi dan Jayengraga pulang ke Wanamerta, meninggalnya Ki Bayi Panurto dan istrinya, reinkarnasi Seh Amongraga beserta istrinya agar bisa menurunkan raja.
Perjalanan Jayengresmi dan Jayengraga: Seh Mangunarsa, Ki Agungrimang dan Niken Rangcangkapti ikut serta; Menginap di Ngardipala di tempat Seh Malangkarsa, diadakan acara terbangan, Nyi Pelangi istri Seh Modang jatuh hati kepada Jayengrana hal ini diperhatikan oleh istri Jayengraga – Ni Rarasati, Seh Amongraga beserta istrinya dan Seh Ragaresmi juga hadir dari alam gaib dalam acara terbangan; Seh Malangkarsa, Seh Modang dan Nyi Pelangi ikut dalam rombongan dan Ki Basariman selaku penunjuk jalan; Bermalam di desa Gunungsari ditempat Ki Cariksutra dan Ki Carikmuda, Ki Cariksutra dan istrinya Nyi Wilapa ikut serta dengan rombongan; Lewat hutan Jembul yang angker, banyak melihat keberadaan machluk halus selama di hutan Jembul; Ni Pelangi masih mencoba menarik perhatian Jayengrana, tiba-tiba mendengar banteng menarik rumput, terkejut lalu menubruk dan merangkul Jayengraga, Nyi Pelangi jatuh kerasukan, dari kemaluannya mengeluarkan darah, ditolong oleh Seh Mangunarsa, setelah siuman bercerita bahwa dirinya diperkosa oleh orang yang tinggi besar, dinasehati agar tidak berangan-angan yang kurang baik;
Bermalam di desa Bustam ditempat Ki Arsengbudi yang kemudian juga ikut serta dengan rombongan; Rombongan sudah berjumlah 20 orang, menyebrang sungai Lumut, menginap di desa Ardimuncar tempat Seh Adimuncar dan istrinya Nyi Purnaningsih, adiknya Seh Arundarsa yang bergabung juga ikut serta dengan rombongan; Menginap di tengah hutan Kakas, ada 20 orang yang datang memaksa ikut menginap dengan rombongan membawa buah-buahan dan ubi-ubian yang belakangan ketahuan ternyata harimau siluman; Keluar hutan lewat desa Kepleng, masuk hutan Taruman, bukit Manik dan hutan Jenggalamanik, siang hari sampai hutan Saba wilayah Wirasaba; paginya sudah sampai wilayah Wanamerta ketemu Ki Nuripin di Pagutan menginap semalam.
Di Wanamarta: Ki Bayi Panurta baru saja sembuh dari sakitya selama 4,5 bulan; Kedatangan Ki Nuripin dan Ki Monthel yang memberitahukan bahwa putra-putranya dan rombongan sebentar lagi akan sampai; Karena gembiranya menjadikan sakitnya sembuh sama sekali; Ki Bayi Panurto dan istri sangat senang melihat anaknya Jayengrresmi dan Jayengraga beserta masing-masing istrinya diiringi banyak teman-teman dari Ki Bayi Panurta datang; Pada hari ketiga, Seh Amongraga, istrinya dan Seh Ragaresmi datang dari alam kasampurnaan ikut membicarakan berbagai ilmu kasampurnaan; Pada hari keempat para tamu pulang yang tinggal hanya Jayengresmi dan Jayengraga beserta masing-masing istrinya.
Serat Centhini Jilid XII selesai sampai disini, ada tambahan berupa penutup yaitu yang dinamakan Serat Centhini Jalalen, kematian Ki Bayi Panurta dan keinginan Seh Amongraga dan istrinya untuk menurunkan raja.
Serat Centhini Jalalen: Ada seorang ahli tapa dari negara Campa (note: mungkin Kerajaan Campa yang ada di daerah Vietnam/Kamboja) namanya Ki Jatiswara menjelajah tanah Jawa mencari adiknya bernama Ki Sejati; Ia mendapat wangsit agar bertemu dengan Seh Amongraga; Bertemu dan beradu ilmu dengan Seh Amongraga tapi kalah; Pergi ke Wanacandra ketemu Seh Ragamana berbicara ilmu; Anak perempuan Seh Ragamana bernama Ken Sakati jatuh hati kepada Ki Jatiswara yang menolak secara halus; Pergi ketemu Seh Baka disuruh bertapa ditepi samudra, disuruh mengambil permata di dalam gua, setelah melalui sembilan pintu gua baru didapat permatanya; Pulang ke negeri Campa, dijalan ketemu Ki Sejati adiknya yang tidak lain adalah Seh Ragaresmi murid Seh Amomgraga; Adiknya diajak pulang ke Campa untuk merebut kembali kerajaannnya yang dikuasai raja Prakolah; Akhirnya Jatiswara jadi raja dan Ki Sejati jadi patihnya di negara Campa.
Meninggalnya Ki Bayi Panurta dan istri: Tidak berapa lama kemudian Ki Bayi Panurta jatuh sakit lagi; Seh Amograga dan istrinya sudah mengetahui bahwa saat wafatnya ayah bundanya sudah tidak lama lagi; Mereka berdua datang dan menyaksikan kedua orang tuanya Ki Bayi Panurta dan Nji Makarsih meninggal dunia pada saat hampir bersamaan; Sepeninggal Ki Bayi Panirta, Jayengrresmi dan Jayengraga menggantikan kedudukan ayahnya mengelola padepokan Wanamarta, Jayengresmi sebagai guru, Jayengraga mengatur tata-tertib desa.
Reinkranasinya Seh Amongraga dan istri: Seh Amograga dan istri berkeinginan menurunkan raja; Mereka bertemu Sultan Agung dalam pertapaannya di bukit Telamaya; Setelah berdebat demi hasratnya agar bisa menurunkan raja, Seh Amongraga dan istri diminta menjelma menjadi “gendhon” (lundi – semacam ulat) dua ekor, lalu dibawa ke istana Mataram; Sultan Agung memanggil Permaisurinya, Kanjeng Ratu Pandhansari (adik Sultan Agung) dan suaminya Pangeran Pekik (Bupati Surabaya), minta bumbung (tabung bambu), bumbu dan anglo (alat memasak dengan arang). Lundi dikeluarkan dari bumbung, diberi bumbu dan dimasak kemudian dimakan oleh mereka berempat; Permaisuri kemudian hamil dan melahirkan seorang putra, Kanjeng Ratu Pandhansari melahirkan seorang putri, pada saat dewasa keduanya dinikahkan, putra Sultan Agung setelah dewasa menjadi Sultan Amangkurat I yang kurang bijaksana yang dikalahkan oleh pemberontakan Trunojoyo yang berakhir dengan kematiannya di Tegalarum jauh dari para leluhurnya, anaknya Adipati Anom lebih bijaksana yang pada akhirnya menjadi raja dengan gelar Sunan Amangkurat II; Melalui proses reinkarnasi, Seh Amograga dan istri ikut andil menurunkan raja-raja di Mataram (Wallahu Alam).
Sedangkan cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam jilid-12 adalah:
Cerita/Legenda: Cerita machluk halus di hutan Jembul; Cerita tentang Ki Jatiswara; Serat Wiwaha (Arjuna Wiwaha).
Adat Istiadat: Candrasangkala beberapa Candi di Jawa; Keratabasa – makna huruf-huruf Jawa dalam nama seseorang; Dasanama – sepuluh sebutan nama-nama yang punya arti sama.
Pengetahuan Spirituil/Agama: Hidup menemukan mati, mati menemukan hidup; Isbat dan
Sifat; Kodrat dan Iradat (Wiradat); Hakekat sembah dan sukma.

Sumber: seratcenthini.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar