Serat
Centhini Jilid-8 berisi 103 pupuh dari pupuh 404 s/d 506, isinya lanjutan
perjalanan Seh Amongraga dan perjalanan kakak-kakak serta paman Niken
Tambangraras yaitu Jayengwesthi, Jayengraga, Kalawiryo diiringi santri Nuripin
mencari Seh Amongraga.
Rute
perjalanan Seh Amongraga: Di gua Sraboja 4 hari; Gunung Sakethi, Bungkak, Bau,
Lerek, Kunci, Patak, Tekong; gua Kalak ketemu Ki Lokasraya 21 hari; Turun ke
lembah masuk ke gua Songputri yang indah seperti keputren; Menuju barat laut
lewat gunung Salumbat, Curak, Purak, Belah, menyebrangi sungai Bendha; Naik
gunung Senggami lihat telaga Madirdo tempat minum kuda sembrani; Pertapaan
Andhongdhadhapan di gunung Retawu 4 malam; Gunung Wiratha wilayah Wonogiri;
Gunung
Delapih lewat hutan Tireban; Sampai di puncak gunung Delapih yang dikelilingi
gunung-gunung kecil terlihat banyak binatang-binatang besar, setelah berdoa
hilang yang kedengaran kemudian suaranya pimpinan mahluk halus; Setelah bersemedi
Seh Amongraga bisa melihat bunga yang indah di tengah telaga Celereng yang
airnya sangat bening didalamnya ada batu-batu kecil warna-warni; Gua
Selamunggul kelihatan seperti mulut raksasa besar dan didalamnya ada batu
seperti tempat tidur, diselanya mengalir air jernih, terlihat gua Jatharatu
Kenyapuri; Di Delepih ini ada legenda tentang Penembahan Senapati (pendiri
kerajaan Mataram) yang menikahi Nyi Loro Kidul dan anak perempuannya bernama
Ratu Widanangga; Menuju ke timur laut sampai di gunung Lawu; Melewati akar batu
sampai di Pangaribaya; Naik sampai Marcukundha; Berhenti di Pekelengan kemudian
tiba-tiba keadaan jadi gelap dan hawa menjadi dingin dan terdengar banyak suara
orang ramai teriak-teriak seperti sedang berperang; Menuju ke Arga Dalem,
Melewati Prepat Kepanasan sampai di gunung Diyeng; Berhenti di Arga Dalem 4
hari; Ke Arga Dumilah; Ada burung jalak-gadhing memberi petunjuk jalan;
Mengikuti burung jalak-gadhing sampai di kawah Candradimuka, duduk di batu
Mandragini, karang Widadaren, terus ke Sanggar-gung dan gunung Petha-pralaya,
ke tenggara sampai di Tejomaya, Cemarasewu, turun ke Telagapasir, Telagasandi;
Naik lagi ke desa Gandasuli; Sampai di Sela-bantheng, Cemara-lawang, gua
Padhas; Kembali ke Arga-Dalem; Sampai di Jati Jempina di puncak gunung Tiling;
melewati gunung-gunung: Arga Pawenang, Arga Bayu, Arga Candhirengga, Arga
Rimbi, Arga Kathili, Arga Aji, Arga Bintulu, Arga Sukuh, Arga Tambak yang
banyak terdapat arca-arca; ketemu Ajar Wregasana yang menceritakan tentang
pucak gunung Lawu yang semua ada 15, 7 disebelah selatan dan 8 disebelah utara;
Ajar Wregasana menjelaskan tentang agama Budha; Berdebat tentang kesempurnaan
hidup; Ajar Wregasana merasa kalah sehingga masuk agama Islam dan diganti
namanya jadi Ki Wregajati kemudian ikut serta Seh Amongraga lelanabrata;
Menyebrang Sungai Sara, kebarat sampai di gunung Adeg; Tirakat di gunung Bangun
15 hari; Jamal dan Jamil mengajarkan ilmu karang (debus) dan ilmu sulap,
orang-orang desa sangat kagum dan dianggap guru; Ketemu Lurah desa Lemahbang
bernama Sutagati; Jamal dan Jamil menjemput Seh Amongraga dengan banyak
santrinya lalu disuruhnya mendirikan mesjid; Memasuki daerah Mataram lewat
Jatisaba, gunung Sarembat (Sapikul), Kabaseng, menyebrang Sungai Oya, keselatan
sampai ke hutan Jaketra; Tiba di gunung Pagutan; Gunung Sakethi; Keselatan
sampai di gunung Jimbaran, berhenti di gunung Sambirata bersama para santrinya
yang berjumlah 760 orang; Gunung Gora diwilayah hutan jati Giring dibagian
pinggir laut selatan yang ada tiga gua yang menyeramkan, gua Manganti, gua
Celor, gua Songpati; Di wilayah Giring terdapat banyak bekas pertapaan, memilih
dusun Kanigara sebagai tempat persinggahan dan membuat mesjid disini; Ke gunung
Jakatuwa diikuti 1800 santri; Tirakat di gua Celor, masuk gua Manganti di tepi
kali Oya tempat Sultan Agung bersemedi; Sampai Meladan ketemu jurukuncinya
bernama Ki Batulata; terus ke Drekaki; berhenti di gunung Bungas, masuk ke gua
Song-pati tempat Sultan Agung jadi pertapa bernama Seh Bangkung; terus kembali
ke Kanigara yang kepala desanya bernama Ki Wanamennggala; jumlah santrinya
sudah menjadi 3000 orang.
Rute
perjalanan Jajengwesthi, Jayengraga, Kulawirya, Nuripin: sampai di desa Kepleng
di rumah Suradigdaya yang punya anak bernama Matiyah dan keponakannya janda muda;
Kulawirya mengajak tetabuhan sambil tayuban. Sindennya bernama Gendra;
Jayengwhesti tidak mau ikut-ikutan; Jayengraga menggoda Matiyah tapi ditolak,
yang didapat si janda muda. Kulawirya kesampaian mendapatkan sinden Gendra;
Paginya keluar desa masuk hutan Selambur, hutan Bagendhul, desa Palemahan, desa
Mamenang, ke kedung Bayangan, gunung Klothok; Di desa Pakuncen ketemu Ki
Wanatawa bertanya apakah pernah ketemu Seh Amongraga dijawab tidak pernah;
Malamnya nginep di gua Selamangleng dulu padepokannya Dewi Kilisuci – pendita
wanita; ke Pakareman ketemu Seh Ragayuni dari padepokan di gunung Kalengleng,
menanyakan keberadaan Seh Amongraga yang dijawab berada di daerah barat daya
tapi dianjurkan tidak usah disusul, nantinya Seh Amongraga akan bertempat tinggal
di Wanataka dan semuanya akan bisa ketemu disana; Esok paginya setelah pamitan,
Ki Ragyuni menghilang, semuanya keheran-heran; Sampai di desa Pulung menuju
rumahnya penghulu Jabalodin; diceritakan petualangan maksiat antara Kulawirya
dengan Randha Sembaga yang gemar laki-laki maupun Jayengraga dengan sinden
Kecer; Jayengwesthi sebetulnya kurang begitu berkenan tapi tidak bisa apa-apa.
Sedangkan
cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam jilid-8
adalah:
Cerita/Legenda:
puncak Gunung Lawu yang angker dianggap kahyangan seperti di Pewayangan;
Panembahan Senapati (pendiri kerajaan Mataram) yang menikahi Nyi Loro Kidul
sebagai penjaga dilautan dan sekaligus anak perempuannya bernama Ratu
Widanangga sebagai penjaga didaratan.
Adat
Istiadat: Pakuwon, Pranatamangsa, Padewan, Padangon, Pancasuda, Sengkanturunan,
Taliwangke, Samparwangke, Paringkelan yang kesemuanya sifat-sifat hari menurut
penanggalan Jawa.
Pengetahuan
Spirituil/Agama: Perihal agama Budha; wajib rasul dan mokal rasul; langkah
tobat laku maksiat.
Sumber: seratcenthini.woedpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar