Rabu, 28 September 2011

Ringkasan Serat Centhini Jilid-11

Serat Centhini Jilid-11 berisi 52 pupuh dari pupuh 638 s/d 690, isinya: perjalanan menuju pertemuan seluruh keluarga yang saling berpisahan di Jurang Jangkung (Wanataka).
Perjalanan Niken Tambangraras: Niken Tambangraras menolak banyak lamaran, ada yang sakit hati mengirim penjahat tapi tidak berhasil menyakitinya; Niken Tambangraras memutuskan pergi dari Wanamarta diiringi Ni Centhini; Ganti nama Ni Selabrangti, keluar masuk hutan akhirnya sampai di Wanataka padepokannya Seh Mangunarsa dan Seh Agungrimang; Setelah beberapa lama mereka saling tahu bahwa Ni Selabrangti adalah Niken Tambangraras istri Seh Amongraga dan Seh Mangunarsa adalah adik dari Seh Amongraga;
Niken Rancangkapti (istri Seh Agungrimang) sangat sedih mendengar kakaknya Seh Amongraga telah meninggal dunia dilarung di laut selatan, sehingga mendadak meninggal dunia; Pagi harinya sebelum mayat Niken Rangcangkapti dimandikan ada keajaiban dengan kedatangan Seh Amongraga; Semua terkejut dan berbakti ke Seh Amongraga yang mengatakan bahwa dia sudah hidup di alam kesempurnaan; Niken Rancangkapti dibangunkan oleh Seh Amongraga, hidup kembali seperti baru bangun tidur; Seh Amongraga memerintahkan Seh Mangunarsa untuk menikahkan Ni Centhini dengan Ki Monthel dan membuat padepokan tempat menyepi Seh Amongraga dan istrinya di Jurang Jangkung; Sewaktu-waktu mereka bisa ketemu setelah menjalankan iktikap (i’tikat – berdiam diri bertafakur memuji kebesaran Allah SWT) di Sendhang Kalampeyan.
Perjalanan Jayengresmi dan Jayengrana: Ki Bayi Panurto menyuruh Jayengresmi dan Jayengrana menyusul kakaknya Niken Tambangraras; Menginap di tempat Nyi Randa Tilarsa di desa Sindureja; Meneruskan perjalanan lewat gunung Ujungan, desa Simpar, di desa Sidapaksa ketemu orang tua bernama Kaki Tuwa; di Ngardipala ketemu Seh Malangkarsa yang mendengar bahwa Niken Tambangraras berada di Wanataka; Ki Monthel datang dari Wanataka membawa surat dari Seh Amongraga untuk Ki Bayi Panurta; Ki Monthel meneruskan perjalanan menuju Wanamarta, sedangkan Jayengresmi dan Jayengraga tinggal di Ngardisalah mendalami ilmu agama.
Perjalanan istri Jayengraesmi (Ni Turida) dan istri Jayengrana (Ni Rarasati): Ni Turada dan Ni Rarasati meninggalkan Wanamarta menyusul suaminya, mengalami banyak halangan dijalan akhirnya bisa ketemu Jayengresmi dan Jayengrana di Ngardisalah dan ikut mendalami ilmu agama bersama suaminya.
Perjalanan Ki Bayi Panurta dan istrinya: Ni Malarsih mengajak suaminya Ki Bayi Panurta menyusul anak-mantunya yang pergi semua; Ki Monthel datang membawa surat dari Seh Amongraga dari Wanataka; Ki Bayi Panurto dan istrinya menuju Wanataka ganti nama jadi Ki Arundaya dan Ni Malaresmi; Ketemu banyak teman-temannya di sepanjang perjalanan di Ngardimuncar, di gunung Bustam, lewat hutan Jembul kesasar malahan ketemu Ki Cariksutra dan Ki Carikmudha, keduanya mengantarkan ke Ngardipala lewat sendang Balara; di Ngardipala ketemu Seh Malangkarsa yang kemudian menyuruh santrinya pergi ke Ngardisalah untuk memanggil Jayengresmi dan Jayengrana; Seh Raras (Jayengresmi) dan Seh Resmi (Jayengraga) tidak mau ketemu kedua orangtuanya, nanti saja akan bertemu di Jurang Jangkung; Diiringi oleh Seh Malangkarsa, Ki Cariksutra dan Ki Carikmuda menuju Wanataka; Melewati sendhang Kalampeyan sampai di Wanataka ketemu Seh Mangunarsa, Seh Agungrimang dan istrinya Niken Rancangkapti; Seh Mangunarsa memberithu bahwa anak dan mantunya akan menemui di Jurang Jangkung; Setelah tirakat selama tiga hari, Seh Amongraga, Jayengrana, Jayengraga beserta istri-istrinya yang berada di alam kesempurnaan memperlihatkan diri dan berbakti kepada Ki Bayi Panurta dan istri; Pertemuan berikutnya di Sendang Kalampeyan mengajak juga Seh Malangkarsa dkk.; Diadakan perjamuan tapi Seh Amongraga dan istrinya tidak makan agar tetap berada di alam badan halus sedangkan Jayengresmi dan Jayengraga dan istri-istrinya-nya disuruh makan oleh Seh Amongraga agar kembali ke alam badan kasar seperti layaknya manusia biasa; Ki Bayi Panurta mengajak Jayengresmi dan Jayengraga dan istri-istrinya pulang ke Wanamerta tapi tidak mau, masih mau melanjutkan menyepi di Wanataka, berjanji pada saatnya akan pulang; Ki Malangkarsa dkk. pulang ke Ngardipala; Setelah 10 hari Ki Bayi Panurta dan istrinya pulang ke Wanamarta.
Perjalanan Seh Amongraga di alam alimut: Jayengresmi dan Jayengraga membuat padepokan di dekat Jurang Jangkung di Wanatawang dan Wanasonya; Seh Amongraga dan istrinya berkelana kemudian mencipta Kota Baja; Pulau tersebut seperti sebuah istana dihias sangat indah dan banyak terdapat emas rajabrana, sutera, maupun barang beraneka warna; Orang-orang banyak yang datang, boleh mengambil apa saja semaunya; Berita ini terdengar Ki Dathuk Ragarunting dari Bengkulu yang datang naik perahu beserta empat puluh muridnya; Setelah ketemu selain mengambil barang semaunya juga minta Niken Tambangraras juga diberikan; Setelah ditinggal istrinya, Seh Amongraga memusatkan ciptanya menghancurkan Kota Baja dan mengambil kembali Niken Tambangraras; Ki Dathuk keheranan tiba-tiba Niken Tambangraras menghilang dan perahu diterjang badai, semua santri terdampar dipantai dalam keadaan telanjang dan semua barang-barangnya hilang; Kemudian Seh Amongraga dan istrinya kembali berkelana, sampai di gua Langse di Laut Selatan, kedatangan Ki Darmengbudi; Ki Darmengbudi diminta terjun ke lautan dan merasa ketemu Seh Amongraga dan diajari ilmu kesejatian, terpental jatuh di sebuah mesjid di Palembang yang daerahnya sedang ada wabah penyakit, seketika wabah penyakit menyurut; Ada ulama bernama Ki Ragaresmi mencari kesempurnaan kematian, diajari oleh Niken Tambangraras bab kesejatian Allah SWT yang kasih dan kekuasaan tidak ada batasnya sampai pada ilmu kesempurnaan, kemudian jadi muridnya dan diajak ikut ke Wanataka.
Perjalanan Jayengresmi dan Jayengraga: Seh Amongraga menyuruh Jayengresmi, Jayengrana dan istri-istrinya pulang ke Wanamerta menemui bapak ibunya yang sedang sakit, diikuti oleh Seh Mangunarsa, Ki Agungrimang dan Niken Rangcangkapti sampai di sendang Balara ketemu Basriman pengulu di Ngardipala dan diantarkan ketemu Seh Malangkarsa yang sangat senang bisa ketemu mereka lagi.
Tidak ada Cerita/Legenda & Adat istidat.
Pengetahuan Spirituil/Agama: Iman dan Islam, mandi wajib yang dilakukan oleh wanita dan pria; ugeran ilmu sarengat, tarekat, hakekat, makrifat; tekad tama.

Sumber: seratcenthini.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar