Serat
Centhini Jilid-11 berisi 52 pupuh dari pupuh 638 s/d 690, isinya: perjalanan
menuju pertemuan seluruh keluarga yang saling berpisahan di Jurang Jangkung
(Wanataka).
Perjalanan
Niken Tambangraras: Niken Tambangraras menolak banyak lamaran, ada yang sakit
hati mengirim penjahat tapi tidak berhasil menyakitinya; Niken Tambangraras
memutuskan pergi dari Wanamarta diiringi Ni Centhini; Ganti nama Ni
Selabrangti, keluar masuk hutan akhirnya sampai di Wanataka padepokannya Seh
Mangunarsa dan Seh Agungrimang; Setelah beberapa lama mereka saling tahu bahwa
Ni Selabrangti adalah Niken Tambangraras istri Seh Amongraga dan Seh Mangunarsa
adalah adik dari Seh Amongraga;
Niken
Rancangkapti (istri Seh Agungrimang) sangat sedih mendengar kakaknya Seh
Amongraga telah meninggal dunia dilarung di laut selatan, sehingga mendadak
meninggal dunia; Pagi harinya sebelum mayat Niken Rangcangkapti dimandikan ada
keajaiban dengan kedatangan Seh Amongraga; Semua terkejut dan berbakti ke Seh
Amongraga yang mengatakan bahwa dia sudah hidup di alam kesempurnaan; Niken
Rancangkapti dibangunkan oleh Seh Amongraga, hidup kembali seperti baru bangun
tidur; Seh Amongraga memerintahkan Seh Mangunarsa untuk menikahkan Ni Centhini
dengan Ki Monthel dan membuat padepokan tempat menyepi Seh Amongraga dan
istrinya di Jurang Jangkung; Sewaktu-waktu mereka bisa ketemu setelah
menjalankan iktikap (i’tikat – berdiam diri bertafakur memuji kebesaran Allah
SWT) di Sendhang Kalampeyan.
Perjalanan
Jayengresmi dan Jayengrana: Ki Bayi Panurto menyuruh Jayengresmi dan Jayengrana
menyusul kakaknya Niken Tambangraras; Menginap di tempat Nyi Randa Tilarsa di
desa Sindureja; Meneruskan perjalanan lewat gunung Ujungan, desa Simpar, di
desa Sidapaksa ketemu orang tua bernama Kaki Tuwa; di Ngardipala ketemu Seh
Malangkarsa yang mendengar bahwa Niken Tambangraras berada di Wanataka; Ki
Monthel datang dari Wanataka membawa surat dari Seh Amongraga untuk Ki Bayi
Panurta; Ki Monthel meneruskan perjalanan menuju Wanamarta, sedangkan
Jayengresmi dan Jayengraga tinggal di Ngardisalah mendalami ilmu agama.
Perjalanan
istri Jayengraesmi (Ni Turida) dan istri Jayengrana (Ni Rarasati): Ni Turada
dan Ni Rarasati meninggalkan Wanamarta menyusul suaminya, mengalami banyak
halangan dijalan akhirnya bisa ketemu Jayengresmi dan Jayengrana di Ngardisalah
dan ikut mendalami ilmu agama bersama suaminya.
Perjalanan
Ki Bayi Panurta dan istrinya: Ni Malarsih mengajak suaminya Ki Bayi Panurta
menyusul anak-mantunya yang pergi semua; Ki Monthel datang membawa surat dari
Seh Amongraga dari Wanataka; Ki Bayi Panurto dan istrinya menuju Wanataka ganti
nama jadi Ki Arundaya dan Ni Malaresmi; Ketemu banyak teman-temannya di
sepanjang perjalanan di Ngardimuncar, di gunung Bustam, lewat hutan Jembul
kesasar malahan ketemu Ki Cariksutra dan Ki Carikmudha, keduanya mengantarkan
ke Ngardipala lewat sendang Balara; di Ngardipala ketemu Seh Malangkarsa yang
kemudian menyuruh santrinya pergi ke Ngardisalah untuk memanggil Jayengresmi
dan Jayengrana; Seh Raras (Jayengresmi) dan Seh Resmi (Jayengraga) tidak mau
ketemu kedua orangtuanya, nanti saja akan bertemu di Jurang Jangkung; Diiringi
oleh Seh Malangkarsa, Ki Cariksutra dan Ki Carikmuda menuju Wanataka; Melewati
sendhang Kalampeyan sampai di Wanataka ketemu Seh Mangunarsa, Seh Agungrimang
dan istrinya Niken Rancangkapti; Seh Mangunarsa memberithu bahwa anak dan
mantunya akan menemui di Jurang Jangkung; Setelah tirakat selama tiga hari, Seh
Amongraga, Jayengrana, Jayengraga beserta istri-istrinya yang berada di alam
kesempurnaan memperlihatkan diri dan berbakti kepada Ki Bayi Panurta dan istri;
Pertemuan berikutnya di Sendang Kalampeyan mengajak juga Seh Malangkarsa dkk.;
Diadakan perjamuan tapi Seh Amongraga dan istrinya tidak makan agar tetap
berada di alam badan halus sedangkan Jayengresmi dan Jayengraga dan
istri-istrinya-nya disuruh makan oleh Seh Amongraga agar kembali ke alam badan
kasar seperti layaknya manusia biasa; Ki Bayi Panurta mengajak Jayengresmi dan
Jayengraga dan istri-istrinya pulang ke Wanamerta tapi tidak mau, masih mau
melanjutkan menyepi di Wanataka, berjanji pada saatnya akan pulang; Ki
Malangkarsa dkk. pulang ke Ngardipala; Setelah 10 hari Ki Bayi Panurta dan
istrinya pulang ke Wanamarta.
Perjalanan
Seh Amongraga di alam alimut: Jayengresmi dan Jayengraga membuat padepokan di
dekat Jurang Jangkung di Wanatawang dan Wanasonya; Seh Amongraga dan istrinya
berkelana kemudian mencipta Kota Baja; Pulau tersebut seperti sebuah istana
dihias sangat indah dan banyak terdapat emas rajabrana, sutera, maupun barang
beraneka warna; Orang-orang banyak yang datang, boleh mengambil apa saja
semaunya; Berita ini terdengar Ki Dathuk Ragarunting dari Bengkulu yang datang
naik perahu beserta empat puluh muridnya; Setelah ketemu selain mengambil
barang semaunya juga minta Niken Tambangraras juga diberikan; Setelah ditinggal
istrinya, Seh Amongraga memusatkan ciptanya menghancurkan Kota Baja dan
mengambil kembali Niken Tambangraras; Ki Dathuk keheranan tiba-tiba Niken
Tambangraras menghilang dan perahu diterjang badai, semua santri terdampar
dipantai dalam keadaan telanjang dan semua barang-barangnya hilang; Kemudian
Seh Amongraga dan istrinya kembali berkelana, sampai di gua Langse di Laut
Selatan, kedatangan Ki Darmengbudi; Ki Darmengbudi diminta terjun ke lautan dan
merasa ketemu Seh Amongraga dan diajari ilmu kesejatian, terpental jatuh di
sebuah mesjid di Palembang yang daerahnya sedang ada wabah penyakit, seketika
wabah penyakit menyurut; Ada ulama bernama Ki Ragaresmi mencari kesempurnaan
kematian, diajari oleh Niken Tambangraras bab kesejatian Allah SWT yang kasih
dan kekuasaan tidak ada batasnya sampai pada ilmu kesempurnaan, kemudian jadi
muridnya dan diajak ikut ke Wanataka.
Perjalanan
Jayengresmi dan Jayengraga: Seh Amongraga menyuruh Jayengresmi, Jayengrana dan
istri-istrinya pulang ke Wanamerta menemui bapak ibunya yang sedang sakit,
diikuti oleh Seh Mangunarsa, Ki Agungrimang dan Niken Rangcangkapti sampai di
sendang Balara ketemu Basriman pengulu di Ngardipala dan diantarkan ketemu Seh
Malangkarsa yang sangat senang bisa ketemu mereka lagi.
Tidak
ada Cerita/Legenda & Adat istidat.
Pengetahuan
Spirituil/Agama: Iman dan Islam, mandi wajib yang dilakukan oleh wanita dan
pria; ugeran ilmu sarengat, tarekat, hakekat, makrifat; tekad tama.
Sumber: seratcenthini.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar