Serat
Centhini Jilid-9 berisi 93 pupuh dari pupuh 507 s/d 599, isinya lanjutan
perjalanan Jayengwesthi (Jayengresmi), Jayengraga, Kulawiryo diiringi santri
Nuripin mencari Seh Amongraga karena merasa kasihan melihat keadaan Niken
Tambangraras.
Rute
perjalanan Jajengwesthi, Jayengraga, Kulawirya, Nuripin: Masih di desa Pulung,
tayuban dirumah Randha Sembada yang hyperseks, diceritakan bisa melayani siang
tiga laki-laki dan malamnya tiga laki-laki; Cerita sekitar tajuban, sinden dan
ronggeng maupun perilaku maksiat dari Randha Sembada, Jayengrana dan Kulawirya;
Paginya
melanjutkan perjalanan sampai di gua Padhali yang sangat luas menginap 1 malem;
Kedatangan Ki Sinduraga diajak mampir kerumahnya bercerita tentang desa Wengker
atau Pura Katongan yang dulunya istana Batara Katong; Sholat di mesjid Tajug
yang dibuat oleh Kyai Tajug dari Giri; Menuju gunung Padhangeyan diiringi
petunjuk jalan Ki Wanalela, lewat desa Seladhakon sampai di Astana Pakuncen
tempat makam Batara Katong leluhur Panaraga; Sampai di Jenangan ketemu petingginya
Narakosa bercerita tentang Watu Towok (Batu Towok) yang dikaitkan dengan cerita
Panji Asmarabangun; Sampai di padhepokan Ki Seh Sidalangu teman akrab Ki Bayi
Panurta di gunung Padhangeyan; Ke gua Sentor tinggal selama 10 hari (yang bisa
tembus ke gua Pedhali) tempat pertapaan Dewi Kilisuci; Diiringi Ki Pakuwaja
menuju gunang Bajangkaki yang angker; Ketemu Ki Dathuk diajak mampir kerumahnya
di desa Pranten; Sampai di gua Sangsangan terus naik ke puncak gunung
Bajangkaki; Sampai di desa Tegaren menginap di rumah Cangrageni yang sebetulnya
adalah kepala begal (perampok); Malamnya barang-barangnya mau di ambil, dilawan
oleh Kulawirya, semua perampok kalah dan lari; Sampai di desa Longsor ketemu
petingginya Ragamenggala dan modinnya Nurbayin; Malemnya Jayengraga melayani
tiga anaknya modin Nurbanin yang perawan tua karena kurang cantik bernama
Banem, Banikem, Baniyah; Lewat desa Padakan yang sedang tawuran dengan desa
Mungur rebutan tempat menggembalakan hewan piaraan (dua desa ini dari dulu
selalu bermusuhan); Sampai di kedhung Bagong banyak ikannya tapi angker tinggal
1 malam; Sampai didesa Trenggalek Lembhuasta di kediaman Ki Demang Ngabei
Kidang Wiracapa temen akrab Ki Bayi Panurta, diterima oleh istri Ni Widaryati
dan adik-adinya Wirabancana, Wirangkara, dan Wirabraja, punya anak satu namanya
Retna Ginubah senangnya menjelajahi hutan, hanya sekali-kali saja pulang.
Sedangkan
cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam jilid-8
adalah:
Cerita/Legenda:
Batara Katong leluhur orang Panaraga; Cerita tentang Panji Asmarabangun; Cerita
tentang sembilan teman akrab Ki Bayi Panurta yaitu: Cariksutra, Carikmuda,
Kidang Wiracapa di Trenggalek Lembhuasta, Wargasastra atau Ki Seh Sidalaku di
gunung Pandhangeyan, Harsengbudi, Sinduraga, Melarcipta punya santri bernama
Bawuk yang setelah jadi Penghulu ganti nama jadi Basarudin, Arundaya atau Ki
Bayi Panurta di Wanamarta, Danumaya atau Ki Dhatuk.
Adat
Istiadat: Ilmu-ilmu berkaitan dengan kejahatan: perhitungan hari baik untuk
keberhasilan kejahatan, penggunaan kata-kata sandi dikalangan para penjahat,
mantera maupun ajian dikalangan para penjahat; Sandi-sastra dan Sandi-kirana;
Perhitungan dan syarat berkaitan dengan pertanian agar subur dan tidak terkena
hama.
Pengetahuan
Spirituil/Agama: Sembilan tingkat derajat Islam; Serat Panitisastra; Hal-ihwal
keduniawian dan keakhiratan; Cacat-cela watak-tabiat manusia; Hubungan antara
topeng, gamelan, gendhing, wayang dan dhalang dengan menyembah kepada Allah SWT
Sumber: seratcenthini.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar